SILAHKAN HUB SAYA DI 081908671793 UNTUK INFO LEBIH LANJUT DAN PENGIJAZAHAN ILMU-ILMU LAINNYA YANG ADA DI BLOG INI
Imam Ghozali, Mengenal Allah
Imam Ghozali memiliki karya yang sangat terkenal, yaitu Ihya’ Ulumuddin, sel
ain itu dia pula mempunyai karya yang lain: “Munqid min Dhalal,
Maqashid Falasifah, Tahafut Falasifah, Iqtishad fi I’tiqad, Jam Awam’an
‘Ilm Kalam, Mi’yar ‘Ilm, Al-Mustashfa (ushul Fiqh), Minhaj “Abidin,
Kimia’ Sa’adah, Risalah Laduniyyah, Misykat al-Anwar, Madhmun bih ‘ala
Ghair Ahlil, Maqshid Asna fi Syarkh Asma’ Allah al-Husna, dll.
Karya Imam Ghozali sangat banyak dan semuanya bermanfaat. Sementara
menurut Ibn Khallikan Ihya’ Ulumuddin dipandang sebagai karya Imam
Ghozali yang paling bagus serta luas. Karya Imam Ghozali tersebut menjadi semacam babakan baru dalam sejarah kehidupan pemikiran serta rohaniah Islam.
Imam Ghozali dalam Ihya’ Ulumuddin, Ilmu
Tasawuf terbagi menjadi dua: Tasawuf sebagai ilmu Mu’amalah, inilah
yang diuraikan dalam Ihya’ Ulumuddin. Kedua, ilmu Tasawuf sebagai ilmu
mukasyafah, menurut Imam Ghozali, ilmu ini tersendiri serta tidak boleh
dituliskan. Sebagaimana kata Imam Ghozali , “Fana ialah salah satu
tingkatan ilmu mukasyafah. Dari dirinya muncul imajinasi orang yang
menyatakan terjadinya hulul atau penyatuan dan yang menyatakan: Aku
inilah Yang Maha Benar!……ini benar-benar keliru, seperti kelirunya orang
yang mem vonis cermin sebagai merah hanya karena memantulkan warna
merah.”
Mengenai Tauhid, Imam Ghozali membaginya menjadi empat.
Pertama Tauhid seorang yang menyatakan
Tidak ada Tuhan kecuali Allah, sementara kalbunya melalaikan makna
ucapakannya, tauhidnya orang munafik.
Kedua, Tauhid yang membenarkan makna ungkapan-ungkapan Syahadat, tauhidnya orang-orang awam.
Ketiga, Tauhidnya orang yang menyaksikan
kebenaran ungkapan tersebut secara kasyf dengan cahaya Yang Maha Benar,
tauhidnya orang-orang yang akrab dengan Allah, para muqorrobin.
Keempat tauhid seorang yang tidak
melihat dalam wujud kecuali hal yang tunggal, tauhidnya orang-orang yang
benar, para shiddiqin, para sufi menyebutnya kefanaan dalam tauhid.
Kebahagiaan, Imam Ghozali berpendapat, dalam Kimia’
al-Sa’adah, “Seandainya Anda memandang kearah ilmu, anda niscaya
melihatnya bagaikan begitu lezat. Sehingga ilmu itu dipelajari karena
manfaatnya. Anda pun niscaya mendapatkannya sebagai sarana menuju
akhirat serta kebahagiaanya, dan juga sebagai jalan mendekatkan diri
kepada Allah. Namun hal ini mustahil tercapai kecuali dengan ilmu
tersebut. Dan yang paling tinggi peringkatnya, sebagai hak umat manusia,
adalah kebahagiaan abadi. Sementara yang paling baik adalah sarana ilmu
tersebut yaitu amal, yang mengantarnya kepada kebahagiaan tersebut, dan
kebahagiaan tersebut mustahil tercapai kecuali dengan ilmu serta amal.
Dan ilmupun tidak mungkin tercapai kecuali dengan ilmu cara beramal.
Jadi asal kebahagiaan di dunia dan akhirat itu sebenarnya ilmu.
” Kelezatan khusus
kolbu adalah pengenalan terhadap Allah, dan kalbu memang tercipta untuk
mengenal Allah. Kelezatan tertinggi dan terluhur pengenalan terhadap
Allah. Manusia tidak hanya menikmati kelezatan pengenalan terhadap Allah
setelah meninggal dunia saja, tapi diapun bisa menikmatinya ketika
dalam keadaan sadar, yaitu ketika dia mampu menyaksikan berbagai hakekat
realitas tertinggi, dan kepadanya pun alam malakut disingkapkan. Semua
ini mustahil tercapai kecuali dengan keterpalingannya dari berbagai
pesona materi, ilusi, serta kelezatan yang fana.” Kata Imam Ghozali.
sumber:walijo dot com
No comments:
Post a Comment